Cari Artikel Lain disini

Thursday 15 August 2013

Kenapa tidak menggunakan batik asli Indonesia?

Ada banyak alasan yang di kemukakan oleh banyak masyarakat Indonesia kenapa tidak menggunakan batik asli dan lebih menyukai batik cetakan pabrikan luar negeri. Faktor harga memang sangat berpengaruh yang menjadikan pertimbangan banyak orang kenapa lebih memilih batik yang berharga murah.  Padahal, jika kita mau berfikir lebih dalam, dengan menggunakan batik cetakan luar negeri tersebut maka sebenarnya kita bisa saja bukan melestarikan batik tapi malah sebaliknya. Batik yang asli akan tenggelam dan hilang entah kemana berganti dengan batik-batik dari luar negeri yang di cetak dengan teknologi modern.

Warna yang mencolok dan lebih menarik juga menjadi pertimbangan lain.  Memang, batik yang asli biasanya memiliki ragam warna kurang menarik perhatian, tapi jika Anda memiliki selera yang bagus, sebenarnya batik tulis asli lebih terkesan alami dan natural.  Lebih terlihat eksklusif dan elegan.  Bahan kainnya pun lebih cocok di pakai oleh masyarakat Indonesia.

Maka dari itu, kita sebagai warga Indonesia yang baik mestinya bisa lebih menghargai batik tulis asli milik kita sendiri.  Ada banyak hal yang bisa kita lakukan agar batik asli ini lebih lestari hingga anak-anak dan cucu kita nanti.  Apalagi, seperti yang di kutip dari http://www.indonesiamedia.com, batik kita sudah di akui oleh dunia melalui UNESCO pada tanggal 2 Oktober 1999 yang dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.

Selain itu UNESCO juga mengakui bahwa Batik Indonesia mempunyai teknik dan simbol budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia mulai dari lahir sampai meninggal, bayi digendong dengan kain batik bercorak simbol yang membawa keberuntungan, dan yang meninggal ditutup dengan kain batik.

Lalu sekarang, kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More